Sekejap Berlalu di Aula
Oleh: Desi Nurmala Sari (10080203)
Sorak-sorak itu belum hilang,
Ketika:
Semesta memejamkan pengarahannya-
“Sudah muak aku bermain kincir,” teriakan panjang itu mengheningkan suasana aula kampus STKIP PGRI SUMBAR tercinta. Cinta untuk segala bentuk kerusakan yang terjadi. Begitukah kisahnya?
Baru kemaren, bung.. tempat ini menjadi istana dari medan swasta, yang menjajakan pahlawan tanpa tanda jasa. Baru subuh ini,
Sebelum embun mengering: anak-anak yang katanya mahasiswa, manusia intelektual, calon pekerja yang mencerdaskan bangsa ini, mulai meninggalkan hatinya pada setumpuk rasa ketidaksadaran akan sebuah perbaruan, dan perlindungan.
Banyak yang bersorak penuh makna
Datang lagi yang bersorak penuh kepalsuan
Ah, sorak-sorak itu belum jelas diperuntukkan pada siapa.
Aula yang penuh kebaruan, sekejap angin berlalu telah menjadi sebuah kerusakan,
Mana kesadaran mu kawan? Mana bentuk dari perlindunganmu pada pabrik swasta yang akan memproduksimu menjadi pahlawan? Mana? ah, kemana saja kau kawan? tertidurkah?
Yang ada hanya kebodohan atau ketidakpahaman nilai rasa
Terhadap bentuk dari semua kerusakan yang telah dimulai dan mulai terabaikan