Thursday, July 25, 2024
Home Opini Sumatera Barat Memiliki Dukungan Kuat Pemerintah dan Perguruan Tinggi dalam Pembudidayaan Galo-galo...

Sumatera Barat Memiliki Dukungan Kuat Pemerintah dan Perguruan Tinggi dalam Pembudidayaan Galo-galo (Meliponiculture)

Oleh: Henny Herwina

Dosen Biologi FMIPA UNAND, Ketua Perhimpunan Entomologi Indosesia Cabang Padang, Pengurus Asosiasi Perlebahan Indonesia Cabang Sumbar

Potensi Pembudidayaan lebah tanpa sengat (galo-galo/kelulut) di Sumatera Barat sangat menjanjikan sehingga dalam beberapa tahun belakangan ini pembudidaya galo-galo di provinsi ini terus bertumbuh. Pembudidayaan galo galo yang dilakukan dapat dalam skala rumah tangga yang memiliki hanya beberapa koloni galo-galo di pekarangan rumah, skala kelompok tani atau komunitas yang memiliki puluhan hingga ratusan koloni dan dikelola secara bersama pada satu atau beberapa lokasi tertentu, hingga skala pengusaha yang jumlah koloni galo-galonya telah mencapai ribuan koloni. Bagaimana kondisi peternakan galo-galo di Sumatera Barat sebelum pandemi Covid 19 telah dibahas pada sebuah konferensi internasional pada 2021 lalu (https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/1940/1/012073). Secara umum terus terjadi peningkatan pembudidaya yang berasal dari berbagai kalangan, tua maupun muda, baik pria maupun wanita, dari petani hingga aparatur sipil negara tercatat telah borkontribusi dalam kegiatan pembudidayaan lebah tak bersengat ini.

Alasan maraknya pembudidayaan galo-galo ini tentu saja karena produk galo-galo yang luar biasa bermanfaat bagi manusia, baik madu galo-galo yang dikumpulkan lebah dari nektar tanaman, roti lebah (bee bread/bee polen) yang berasal dari serbuk sari aneka bunga yang dikumpulkan lebah, maupun bahan sarang galo-galo yang terdiri dari propolis berasal dari aneka tanaman yang bergetah dan mengandung resin di sekitar sarang dan sedikit  demi sedikit dikumpulkan galo-galo lalu dipergunakan untuk memnuat sarang/koloni yang nyaman dan tidak mempan diganggu mikroba jahat. Kesemua produk galo-galo ini, selain dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan koloni, dapat dipanen oleh manusia dan dikenal kaya manfaat. Berbagai manfaat produk galo-galo antara lain adalah sebagai penguat imun tubuh, penjaga kebugaran atau stamina, sebagai bahan penjaga kecantikan atau kosmetik, hingga khasiatnya sebagai obat, karena kandungan yang terdapat didalam produk lebah antara lain sebagai anti mikroba, anti inflamasi, anti kanker, antioksidan dan lain sebagainya

Launching Gerakan Minum Madu Asli (GEMMA) oleh Gubernur Sumbar, didampingi Kadis Kehutanan, peneliti dan Praktisi Pembudidayaan Galo-Galo di taman Buah Kandi Sawah Lunto, Februari 2022 lalu.

Karena banyaknya khasiat produk galo-galo, peluang pasarnyapun tergolong baik, sehingga bagi pembudidaya galo-galo, koloni yang mereka miliki sering diibaratkan sebagi mesin ATM, karena begitu butuh dana dan ada permintaan pasar, dapat segera dilakukan pemanenan madu sesuai kebutuhan, madu dikemas ke dalam botol dengan ukuran tertentu, lalu siap memenuhi permintaan pasar. Harga madu galo-galo hingga saat ini masih bersaing, sekitar 750 ribu hingga 1 juta perliter madu. Khusus untuk madu, langsung dapat dikonsumsi sendiri ataupun dipasarkan setelah panen. Bahkan untuk beberapa pembudidaya yang memiliki lokasi yang dapat dikelola sebagai lokasi ekowisata, telah menjadikan edukasi pengenalan galo-galo dan pengalaman panen sendiri madu asli dari sarang, sebagai salah satu daya tarik utama bagi pengunjung. Heri Setiawan, S.T misalnya,  pembudidaya galo di Sawah Lunto, telah beberapa tahun menawarkan pengalaman panen madu asli sebagai salahsatu upaya menarik pengunjung di Ekowisata Taman Buah Kandi. Heri tergolong piawai menjalin kolaborsi dengan Pemda dan BUMN hingga telah mampu mengadakan dua kali Festival madu Sumatera Barat, Bekarjasama dengan Dinas Pertanian dan Pemda Kotamadya Sawah Lunto.

            Memasuki tahun 2023 ini, pemerintah Sumatera Barat melalui Dinas kehutanan hingga Gubernur, mendukung penuh upaya peningkatan perekonomian masyarakat melalui Pembudidayaan Galo-galo ini. Melalui presentasi sebagai pembicara utama pada Konferensi Internasional  yang digelar oleh Perhimpunan Entomologi Indonesia yang diselenggarakan  di Padang pada akhir September hingga awal Oktober 2023 lalu, dalam presentasinya yang berjudul “Beekeeping of Stingless Bee (Galo-Galo) / Meliponiculture for Social Forestry Development in West Sumatra Province” , Gubernur  Sumatera Barat H. Mahyeldi Ansharullah, S.P. kembali menegaskan bahwa dukungan pemerintah Sumatera Barat terhadap pembudidayaan galo-galo ini tidak main-main. Hal ini telah dibuktikan melalui bantuan koloni lebah yang diberikan oleh Dinas Kehutanan yang dikomandoi Yozarwardi UP, S.Hut, M.Si pada puluhan Kelompok tani hutan selama tiga tahun berturut-turut yang telah berjumlah hamper 10 ribu koloni.

 Tidak hanya itu, agar setelah pembudidayaan galo-galo Sumbar didukung penuh melalui pelatihan pembudidayaan bagi pemula, maupun edukasi hilirisasi produk lebah, pemerintah Sumatera Barat juga mengeluarkan Surat Edaran untukg mendukung pemasaran produk lebah ini, melalui Gerakan Minum Madu Asli (GEMMA) yang dituangkan melalui   Surat Edaran No 522.4/536/DISHUT-2022 pada 14  of February 2022  yang berisi himbauan pada ASN untuk mengkonsumsi makanan dan minuman sehat setelah berjangkitnya Covid 19, lalu himbauan agar mengkonsumsi madu asli yang jelas sumbernya, kemudian mengkonsumsi minimal 350 ml madu setiap bulan. Pembicara dan peserta konferensi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua dan dari sembilan negara termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Jepang, Australia, India, Uni Emirat Arab, Pakistan, dan Amerika Serikat sangat terkagum-kagum dengan kebijakan Gubernur yang telah menyikapi pemberdayaan serangga sangat berguna seperti galo-galo sedemikian optimalnya.

Sebagai Insan perguruan Tinggi penulis bersama beberapa rekan peneliti dan pengabdi ikut terjun langsung mendampingi masyarakat dalam pembudidayaan galo-galo disamping terus melakukan penelitian dan publikasi terkait potensi dan keanekaragaman hayati tropika yang luar biasa. Sejak Pandemi Covid 19 merebak di awal tahun 2000, penulis semakin dekat dengan galo-galo karena beberapa koloni lebah tak bersengat ini sengaja dipelihara di lingkungan perumahan dengan meletakkan koloni galo-galo  jenis Heterotrigona itama dan Geniotrigona thoracica dan beberapa koloni galo-galo yang lebih becil dan paling banyak dijumpai secara alami di pemukiman dari genus Tetragonula. Pengamatan terhadap perilaku galo-galo yang meliputi aktivitas harian hingga kecendrungan pemilihan tumbuhan oleh galo-galo dapat dilakukan lebih intensif.  Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pilihan tumbuhan pakan sangatlah beragam, bahkan untuk area perumahan saja satu jenis lebah  dari genus Tetragonula, tercatat dapat mengunjungi lebih dari 50 jenis bunga, baik bunga hias, bunga pohon buah, maupun bunga di rerumputan dan semak-semak sekitar rumah.

 Sejak dua tahun belakangan ini, Prodi Biologi FMIPA UNAND telah memasukkan ke kurikulum Sarjana S1 Biologi, mata Kuliah Budidaya Lebah Madu. Mata kuliah ini telah menjadi salahsatu mata kuliah pilihan yang dapat diambil mahasiswa yang ingin memperdalam pengetahuan mengenai lebah. Pengenalan dari Biologi hingga proses pembudidayaan galo-galo, hilirisasi dan pemasaran menjadi materi yang harus dikuasai mahasiswa yang mengambil kuliah ini. Diharapkan setelah mendapatklan skill yang ditargetkan mahasiswa mampu berbudidaya mandiri hingga menjadi Biopreuner handal.

Dengan adanya program KKN ataupun MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang diterapkan Kementrian Pendidikan dan Kebudidayaan dua tahun belakangan ini, mahasiswa UNAND  bersama dosen dan peneliti juga  terjun langsung untuk mendampingi masyarakat dalam berbagai lini. Pendampingan dalam pembudidayaan lebah tanpa sengat atau galo-galo telah dua tahun pula kita lakukan dan terlihat bahwa perlunya pendampingan berkelanjutan pada masyarakat. Melihat potensi dan peluang berbudidaya galo-galo, anstusiasme masyarakat biasanya sangat tinggi. Kendala yang ada biasanya adalah pengetahuan awal tentang jenis galo-galo belum ada, pengetahuan tentang potensi lokasi  baik faktor fisik dan Biotis belum optimal, sehingga sosialisasi dan edukasi awal selalu perlu dilakukan, misalnya pentingnya ketersidiaan vegetasi tumbuhan sekitar yang akan berperan sebagai pakan galo-galo. Tanpa vegetasi yang optimal, kemungkinan koloni galo-galo menjadi pupus/punah/pindah menjadi tinggi.

Mengingat praktek langsung dilapangan sangat utama, maka pengabdian masyarakat ataupun penelitian berkelanjutan untuk mendampingi masyarakat juga perlu terus berjalan, sehingga bentuk kemitraan jangka panjang perlu diterapkan.  Hal tersebut terutama karena setelah mengenali jenis dan potensi lokasi serta vegetasi bagi penempatan koloni galo-galo, pendampingan selanjutnya adalah teknik pemeliharaan dan monitoring, teknik panen hingga hilirisasi produk. Setelah pendampingan hingga mitra mampu memiliki produk, masih ada proses legalitas produk, pengurusan izin usaha, sertifikasi halal hingga pengurusan paten dan hak cipta yang perlu pendampingan. Untuk itu perguruan tinggipun mendukung dosen dan penelitinya untuk terus menjalin kemitraan berkelanjutan, termasuk dalam pembudiyaan galo-galo di Sumatera Barat.

RELATED ARTICLES

Sumatera Barat Memiliki Dukungan Kuat Pemerintah dan Perguruan Tinggi dalam Pembudidayaan Galo-galo (Meliponiculture)

Oleh: Henny Herwina Dosen Biologi FMIPA UNAND, Ketua Perhimpunan Entomologi Indosesia Cabang Padang, Pengurus Asosiasi Perlebahan Indonesia Cabang Sumbar

Mahasiswa FKM UNAND, Edukasi Remaja Bebas Narkoba

Padang, FKM Unand - Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas melakukan pemberdayaan dan edukasi terkait dengan bahaya narkoba kepada siswa SMP Syiar...

Mahasiswa FKM Unand Edukasi Peduli Sampah melalui Program GPS Hero

Padang, FKM Unand - Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (FKM Unand) luncurkan program GPS Hero. Program yang akronim dari Pahlawan (Hero) Gerakan...

Most Popular

Sumatera Barat Memiliki Dukungan Kuat Pemerintah dan Perguruan Tinggi dalam Pembudidayaan Galo-galo (Meliponiculture)

Oleh: Henny Herwina Dosen Biologi FMIPA UNAND, Ketua Perhimpunan Entomologi Indosesia Cabang Padang, Pengurus Asosiasi Perlebahan Indonesia Cabang Sumbar

Mahasiswa FKM UNAND, Edukasi Remaja Bebas Narkoba

Padang, FKM Unand - Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas melakukan pemberdayaan dan edukasi terkait dengan bahaya narkoba kepada siswa SMP Syiar...

Mahasiswa FKM Unand Edukasi Peduli Sampah melalui Program GPS Hero

Padang, FKM Unand - Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (FKM Unand) luncurkan program GPS Hero. Program yang akronim dari Pahlawan (Hero) Gerakan...

Bukan Hanya Soal Izin, Ada Hak dan Kewajiban Lingkungan

Solok Selatan - Solok Selatan merupakan daerah di Sumatera Barat yang banyak memiliki pertambangan. Bahkan beberapa telah berdampak kepada lingkungan masyarakat. Untuk...

Recent Comments